“Dari Abu Hamzah (yaitu) Anas bin Malik r.a. pelayan Rasulullah saw., dari Nabi saw., beliau bersabda: “Tidaklah beriman seseorang di antara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim). Dalam hadist yang lain Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan saling mencintai adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badannya merasa kesakitan, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut merasa sakit” (HR. Bukhari-Muslim).
Dari dua kutipan hadist diatas terlihat jelas arti Keluarga (Ukhuwah), makna keluarga seperti inilah yang harus kita dengunkan bersama dan diaplikasikan dalam kehidupan ini. Tapi pada kenyataan hal tersebut jarang kita aplikasikan yang terjadi malah saling men-judge, berbuat fitnah, saling menyalahkan, dan perbuatan lain yang tidak mencerminkan satu keluarga, satu hati dan satu rasa. Apakah hal ini dapat di katagorikan sebagai keluarga? Tentu tidak karena hal tersebut malah merusak citra dari keluarga itu sendiri, astaghfirullohaladzim.
Semangat Keluarga di antara sesama manusia, khususnya umat Islam hendaknya didasari karena Allah SWT semata, Hal tesebut akan menjadi barometer yang baik untuk mengukur baik-buruknya suatu hubungan / rendah-tingginya suatu keimanan. Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat Allah berfirman: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari yang tiada naungan selain naungan-Ku ini, aku menaungi mereka dengan naungan-Ku.” (HR Muslim) . Dalam hadits lain Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang bersaudara dengan seseorang karena Allah, niscaya Allah akan mengangkatnya ke suatu derajat di surga yang tidak bisa diperolehnya dengan sesuatu dari amalnya.” (HR Muslim). Masya Allah alangkah indahnya hidup ini kalau apa yang kita lakukan semata-mata hanya ingin meraih ridho Allah. Mencintai karena Allah, dan sama-sama mengejar kebaikan karena Allah. Beginilah seharusnya keluarga.
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak menzhalimi atau mencelakakannya. Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya sesama Muslim dengan menghilangkan satu kesusahan darinya, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat.” (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar ra) Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah kalian saling mendengki, melakukan najasy, saling membenci, memusuhi, atau menjual barang yang sudah dijual ke orang lain. Tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzhalimi, dan tidak membiarkan atau menghinakannya. Takwa itu di sini (beliau menunjuk ke dadanya tiga kali).”
Keluarga dalam Islam memperkuat ikatan antara orang-orang Muslim dan menjadikan mereka satu bangunan yang kokoh. “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuh akan sulit tidur dan merasa demam.” (HR Muslim) “Orang-orang Muslim itu ibarat satu tubuh; apabila matanya marasa sakit, seluruh tubuh ikut merasa sakit, jika kepalanya merasa sakit, seluruh tubuh ikut pula merasakan sakit.” (HR Muslim) Masing-masing dari dua orang yang bersaudara harus membantu saudaranya dalam memenuhi kebutuhannya, mengutamakan saudaranya daripada dirinya sendiri, memeriksa kondisi saudaranya sebagaimana ia memeriksa kondisi dirinya, lebih mengutamakan saudaranya daripada dirinya sendiri atau keluarganya atau anak-anaknya, menanyakannya dalam setiap tiga hari. Jika saudaranya sakit maka ia menjenguknya, jika saudaranya mengalami kesulitan maka ia membantu meringankannya, jika saudaranya lupa maka ia mengingatkannya, menyambutnya dengan hangat jika saudaranya mendekat, dan mendengarkan dengan serius jika saudaranya berbicara. Inilah nikmat dari Ukhuwah yang di ajarkan oleh Rasulullah.
“Barangsiapa ingin (suka) memperoleh kelezatan iman, hendaklah ia mencintai seseorang hanya karena Allah.” (HR Ahmad). Dengan mencintai karena Allah sesungguhnya kita secara tidak langsung telah membangun bangunan kokoh keimanan kita. Allah SWT Maha tahu keadaan kita yang sebenarnya, harapan, kebutuhan, baik yang terpikirkan ataupun yang belum terlintas sekalipun, Allah Pelindung yang Maha Kokoh, dengan keridhoan Allah,kita akan memperoleh kelezatan-kelezatan iman yang kita inginkan bersama. Allahuakbar!!
“Jika seseorang menjalin ukhuwah dengan orang lain, hendaklah ia bertanya tentang namanya, nama ayahnya, dan dari suku manakah ia berasal, karena hal itu lebih mempererat jalinan rasa cinta.” (HR Tirmidzi) Mendoakan saudaranya, anak-anaknya, dan apa saja yang terkait dengannya sebagaimana ia senang mendoakan dirinya, anak-anak kandungnya, dan apa saja yang terkait dengannya, sebab seseorang tidak berbeda dengan saudaranya karena persaudaran telah menyatukan keduanya. Oleb karena itu, ia harus mendoakan saudaranya baik dalam keadaan hidup, atau mati, atau tidak ada di tempat, atau berada di tempat. Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, maka malaikat berkata, ‘Engkau juga mendapatkannya’.” (H.R. Muslim). Saya meminjam kutipan orang-orang shalih yang berkata, “Mana perumpamaan seorang saudara yang shalih? Jika salah satu keluarga seseorang meninggal dunia, maka keluarganya pasti membagi-bagi warisannya, dan mereka menikmati harta peninggalannya. Sedang saudaranya yang shalih, ia berduka sendirian, memikirkan apa yang telah dipersembahkan saudaranya kepadanya, mendoakannya di kegelapan malam, dan memintakan ampunan untuknya sementara ia berada di bawah bintang-bintang.” Masya Allah sungguh indah hidup ini apabila kita dapat mengaplikasikan dan mengamalkan empat hal di atas dalam hidup kita, idealisme keluarga seperti inilah yang di perlukan oleh kita bersama… Wallahu a’lam…